Selasa, 30 Desember 2008
Kandas Lagi
sempat sesaat asa mengemuka
ketika gol pun tercipta
Namun angin berbalik arah
begitu cepat sehabis itu
Berpuluh-puluh menit
serangan datang begitu gencar
tekanan pun pasti sangat besar
sampai akhirnya kebobolan pun mesti dua kali
Sudah tak sanggup lagi rasanya menjaga
keperawanan gawang sendiri
Sementara telah kian berat kaki melangkah
makin kencang pula nafas terengah-engah
Nyaris tiada daya sama sekali
untuk balas menggebrak seperti di awal laga
Perjalanan pun terhenti sudah
Kandas lagi asa menjadi juara
Entahlah, apa lagi yang mampu dikata
selain terluka dan kecewa
…
2008
Kamis, 18 Desember 2008
Langit Putih Hari Ini
Rintik-rintik hujan mengiringi hadirnya pagi ini
Dingin tak pergi meski angin kering berganti basah
Tiada kutemui langit biru bermega saat ini
Langit putih adanya saujana mata memandang
Sementara semangat baru yang kuharap dapat
mengisi lagi hari iniku terhalang oleh
kembalinya ketidaknyamanan yang menyertai
dingin ragaku serta mendung yang menggantung
: melukiskan kemuraman
(1999)
Terhempas dan Terpuruk
Aku terhempas oleh
Masa yang menggila lajunya
Aku terpuruk lagi
Dalam ketakberdayaan
Yang kucemaskan menerpaku
Membuatku sedih dan resah bukan kepalang
Aku terhempas oleh
Redupnya semangat hidup
Aku terpuruk dalam
Lelahnya melaju
(2000)
Rabu, 29 Oktober 2008
Terkenang Ibunda
Cemas sempat meremas
Apakah kalbu telah sekeras batu?
Barangkali sudah setinggi Himalaya
Atau bisa jadi seluas Asia
Segenap dosa kesalahan yang menjelma
Sekiranya ditumpuk atau digelar utuh
Namun sesalku tak cukup menyentuh
Palung hati terdalam, kendati begitu hasratku
Baru ketika terkenang mendiang Ibunda
Teringat kerap kubuat sedih dan kecewa dirinya
Tersadar belum cukup kuberi bahagia dan bangga untuknya
Pecahlah kantung air mata
Meneteslah tanpa terbendung lagi
Ternyata kalbu mungkin masih selembut salju
Ya Allah, perkenankan aku bahagiakan dia
Kendati dia telah jauh tak bisa kutemui lagi,
Biarkanlah hidupku berarti bagi Ibunda
(2008)
Rabu, 03 September 2008
Memaki lalu Menyadari
lagi-lagi membuatku tersesat
yah, ternyata memang masih aku rapuh
asaku masih cukup jauh
supaya imanku akhirnya jadi utuh
masih saja aku rentan tergoda
hingga ringan mengulangi hal yang hina
mesti aku gigih berjuang kembali
menjaga kebersihan pikiran dan hati
supaya dapat mencapai derajat tinggi
sebagai makhluk Tuhan
yang senantiasa berbekal takwa dan iman
(2008)
Masih Punya Asa
Melewati jembatan keraguan
Menyeberangi sungai ketidakpastian
Maka bila sudah tiba di seberang
Jadi sadar dirimu
Masih punya asa
Lantas teruskan perjalananmu
Enyahkan segenap ragu
Jangan biarkan sang waktu
Sampai melahapmu
Saking bimbangmu
2001
Sabtu, 30 Agustus 2008
Gigil Daun Pandan
Selama ini sebelumnya
Namun lantas serta merta takjub dan terpana
Kala kulihat dengan seksama polah
Rimbun daun pandan di belakang rumah
Yang seakan menggigil kendati
Bayu berhembus sepoi-sepoi belaka
Bukankah biasa saja bagi mereka
Diterpa angin yang bahkan
Kadang kencang lajunya
Senantiasa
Apakah dingin terasa jua?
Masih kupandang lewat jendela
Lambat laun turut bergetar
Di dalam dada demi menatap
Tarian rimbun daun pandan itu
Bahkan bulu kuduk sempat berdiri
Padahal tiupan pawana
Mengalun pelan saja
Kucoba menangkap makna
Barangkali saja ada isyarat
Namun belum jua jawab kudapat
Apakah yang tersirat sejatinya
2008
Rabu, 23 Juli 2008
Kutinggalkan Sesal
Sempat kurasakan sesal tiada tara
Kala putus benang kasih kita
Sebab bila terus dirajut akan kian kusut jadinya
Ternyata sejuta kepalsuan rapat kausimpan dahulu
Sesudah kutahu segala rahasiamu
Kutinggalkan sesal itu jadi bahagia
Telah kutinggalkanmu
Pada waktu berselang
2000
Masih Kusut
Yang sejatinya adalah masih belum putuslah asa
Benangnya masih ada tetapi perlu waktu
Untuk kembali menganyamnya menjadi
Sesuatu yang indah karena benang itu masih kusut
Mesti menguraikan benang kusut itu dengan teliti
Serta hati-hati yang tentu saja makan waktu lama
Meski mestinya harus segera kujalin asa
Karena sudah terlalu banyak waktu yang sia-sia
Terbuang di masa lalu dan mestinya
Tak terulang lagi pada masa kini maupun nanti
2000
Sabtu, 12 Juli 2008
Jerawat di Jidat
Terpampanglah jelas sudah
Entah sebuah pertanda apakah
Itu sesuatu yang di luar adat
Mungkin ada kerinduan yang tertahan
Namun benarkah tertuju padanya
Tiada yang dapat memastikan
Bisa jadi tak berarti apa-apa jua
Duhai jerawat di jidat
Sudilah kiranya kalian enyah
Segera pergi saja cepat
Biar tak lagi keruh ini wajah
2008
Sebuah Episode (Serial Sariawan)
Telah lewat sepekan
Masih setia juga sang luka
Nangkring di dalam mulutku
Terkadang perih terasa
Meski ada saat tak berasa
Demikian kisah sang luka
Yang enggan pergi
Hingga kini masih menganga
Meski telah kujejali zat-zat kimia
Guna mengusirnya
Belum berhasil juga
1995
Selasa, 24 Juni 2008
Menarikah Aku ?
aku seperti menari tanpa visi
tak kumengerti gerakan apa yang kutarikan
bahkan tak kudengar irama musik mengiringi
tapi rasanya aku tengah menari
tanpa suara aku menari
terbiusku sampai aku tak tahu
kapan akan berhenti tarian ini
tanpa suara aku terus
bebas menari
kunikmati tarian ini meski entah
mesti sedih atau gembirakah
sembari menari
aku terus mencari rasanya
mesti sedih atau gembirakah
tarianku harusnya punya visi
tak bisa terus liar begini
tapi kebebasan ini sungguh
kunikmati
yang sejatinya terjadi apakah
aku memang menari ?
aku bahkan tak bisa menari sebuah tarian pun !
(2002)
Jalan Gelap Semata
tak kupahami diriku sendiri
yang tega menyesatkan diri
padahal jalan yang benar
mungkin terbentang
tepat
di depan tempat
aku akan melangkah
tapi tak kunyalakan lentera jua
maka …
tak tertampaklah jalan terang
jalan gelap
semata-mata
di hadapan
(2002)
Selasa, 17 Juni 2008
Saat Menuju (Dalam Bis Kota)
Pagi 23
(1991)
Sahda Bersahaja
Senin, 09 Juni 2008
Bidadari Tak Lagi Membumi
Semula kukira kau adalah
Bidadari yang membumi
Ternyata salah aku menduga
Kau tak seperti yang kukira
Kau bukan perempuan biasa
Kau adalah kekasih dewa
Dan diriku manusia sahaja
Tiada yang mampu kulakukan
Hanya dapat kubiarkan
Bidadari tak lagi membumi
Terbang menuju nirwana dan menari
Ke tempat yang jauh di awan
Lepas sudah dari pandangan
Telah kubiarkan bidadari tak lagi membumi
Terbanglah dan menari…
Tapi masih kuharap bidadari akan turun lagi
Menapak bumi dan kujumpai kembali…
2003
Kamis, 05 Juni 2008
Inginku ('Tuk Hati)
Tak Ingin Tersesat
kemudian lama baru kembali
hadir lagi cetusan hati tersurat
selama ini terpendam dalam rasa saja
yang tidak karuan masih ada
jasmaniku tak nyaman adanya
rohaniku labil jua
jadinya bertanyalah kembali aku
entah mengapa aku begini ?
aku cuma tak ingin :
jalanku tersesat lagi
jalanku semakin jauh dari kebenaran
sungguh aku tak ingin itu
1997
Kamis, 29 Mei 2008
Gumamku
Telah lama berselang
aku tak lagi mengarang
mengarang puisi
yang sekedar selingan
untuk menuangkan
imajinasi hati nurani
Rupanya sudah sebulan
aku tak menulis puisi
tapi untunglah aku ingat
dan kini mulai kurintis lagi
mencurahkan bakat
yang terlalu dibuat-buat
1988
Manusia & Bantal
Sebuah bantal
koyak kejatuhan sebuah lemari
Anjing di luar menggonggong keras
Orang-orang pun datang
Lemari diangkat
terlihatlah…
dua buah mayat :
manusia dan bantal
1989
Selasa, 27 Mei 2008
27 Mei 2006
tiba-tiba
bumi berguncang begitu kencang
sambil terhuyung-huyung aku lari keluar
debu reruntuhan menutupi pandanganku
sampai di luar, tembok-tembok telah berjatuhan
kami semua berlari ketika bumi berguncang lagi
matahari pagi bersinar cerah tanpa beban
sementara kami
bingung
sedih
takut
tapi juga bersyukur karena masih hidup
semoga mereka yang tiada, arwahnya diterima di sisi-Nya
semoga kami yang selamat diberi-Nya kekuatan,
kesabaran & ketabahan, amin…
Kamis, 22 Mei 2008
Teman Mengecewakan
Telanjur sudah kejadian
Kusematkan asa menyala
Kutaruh percaya sepenuhnya
Padamu teman yang bisa kuandalkan
Namun malah kaujelmakan kecewa
Sekaligus luka menganga
Sekali dua kali masih dapat kumaklumi
Seraya berharap kecewa itu segera terobati
Tapi asaku belum jua sanggup kaupenuhi
Padahal telah cukup sabar kunanti
Semoga cukup aku yang kaukecewakan
Dan tak mampu lagi memberi kepercayaan
Namun bersiap sajalah selalu
Kelak kau bakal lebih kecewa ketimbang aku
5-5-2008
Pada Sebuah Kamis
tak berhenti sedetik jua
deras hujan terus-menerus
semenjak hari gelap hingga
saat mentari di puncak hari biasanya
langit putih terlihat sendu
tiada nuansa
dingin menerpa raga
tapi jiwa terasa hangat
kubuka jendela, kuhirup kesegaran
di antara suara deru hujan
yang menderas
1995
Rabu, 14 Mei 2008
Salam Pembuka
Kiranya ada hal-hal baik yang bisa terbagi
Lewat semacam puisi
Salam jumpa...