Senin, 05 Desember 2011

Berakhiran -an


Sesuatu yang asal-asalan
Itu yang kutuliskan
Lantaran
Terlalu berkelindan
Apa-apa yang mengusik pikiran
Begitu pun yang mengobrak-abrik perasaan
Yang kuperlukan
Semata-mata soal pengungkapan
Ya beginilah yang kejadian
Telah cukup lumayan
Tak usah ada pertanyaan

2011


Senin, 21 November 2011

Bergeming Belaka

Tiada yang terucap 
Tiada pula yang berderap
Lantaran 
Bergeming belaka


2011

Senin, 14 November 2011

Hangatnya Hati di Dinginnya Malam (Alunan Gemericik Hujan)


Alunan gemericik hujan
Memecah sunyinya malam
Sementara dingin menghunjam
Memeluk raga


Kurenungi apa terjadi
Yang kutemui hari ini
Adakah sesuatu berarti
T'lah kudapati


Beragam peristiwa yang mengisi hari
Beragam makna pun memperkaya hati
Puji syukur pada Ilahi
Dapat kusadari begitu nikmatnya (indahnya) hidup ini


Reda sudah sang hujan
Menyisakan dinginnya malam
Meski yang kurasakan
Hangatnya hati dan jiwa


1998


Kamis, 06 Oktober 2011

Dua Tanya tentang Cinta

Apakah cinta bisa diibaratkan dengan flora, 
yang tumbuh, melewati waktu 
untuk berproses, hingga berkembang menjadi 
sesuatu yang indah?  

Apakah cinta boleh diumpamakan dengan bunga, 
yang jika tidak dirawat dengan 
kelembutan, maka akan layu, 
dan bahkan bisa mati?

2010

Senin, 11 Juli 2011

Tak Bakal Asa Pudar

sudah senantiasa menanti

telah terus mencari

bilakah tiba di tujuan?

terasa derap begitu pelan

mesti masih tegarkan kalbu

tanpa henti tetaplah melaju

selama jarum waktu berputar

tak bakal asa pudar


2011

Kembali Mengalir

hari-hari berlalu

meski ada hasrat

tapi tak jua tersurat

tangan ini tak kunjung mau

menuliskan apa yang tengah kurasakan

menyuarakan apa yang ingin kuungkapkan


hingga hari ini aku kembali

mengalirkan tinta hitam

di atas kertas putih bersih ini


selamat berjumpa kembali


1997

Kamis, 09 Juni 2011

Sejumlah Pertanda dalam Perjumpaan Terakhir Kita Setahun Silam

: Ags. Arya Dipayana

Sandal jepitmu bagus, bukan seperti alas kakimu biasanya yang bisa dibeli di mana saja. Pasti seseorang yang istimewa telah menghadiahkannya dengan kasih sayang kepadamu. Itulah pertanda pertama.

Sempat diam sejenak, kau tampak berpikir mencari jawaban atas pertanyaanku yang macam-macam. Padahal biasanya senantiasa lancar segala kata yang terucap dari dirimu, termasuk ketika kita bercengkrama bersama para saudara sebelum dan sesudah kita berbincang berdua belaka. Tampak layak menjadi pertanda kedua. Ada kisah hidupmu yang baru kutahu sore itu dan ada nasihatmu –tentang cinta- yang bakal kuingat selalu.
Pagi hari berikutnya kuperoleh hadiah yang tak terduga darimu. Bisa jadi pertanda ketiga. Kuantarkan kau kemudian ke terminal bis untuk melanjutkan perjalanan disertai asa : semoga kita akan berjumpa lagi nanti. Paling tidak terdapat tiga hal yang menandakan ketidaklaziman dari sosokmu. Dan ternyata hari itu menjadi waktu terakhir kita bersua secara ragawi.

Hanya ada sms yang mengabarkan keberadaanmu di Surabaya, yang membuatku berharap kau akan segera mengunjungi Yogyakarta kembali agar rinduku terobati. Maka sungguh menjadi kejutan terbesar tahun ini mendapatkan berita kepergianmu yang sangat mendadak itu, lima hari setelah sms terakhirmu. Sempat tak mengerti mesti bereaksi apa aku mendengar warta itu, mauku sebentuk mimpi semata, tapi telapak tangan dan kakiku mendadak seperti membeku.

Berada tak jauh dari jasadmu yang telah terbujur kaku membuatku tak mampu lagi menyembunyikan perasaan. Sungguh aku bersedih telah kehilangan seorang lelaki yang –katanya- telah menanam ari-ariku dan pernah mohon kepada Tuhan agar aku tak mengikuti jejaknya. Menurutmu, Tuhan justru tak mengabulkan doa itu.

Ya sudahlah, biarkan kini aku beserta semua yang menyayangimu yang gantian mendoakanmu. Pernah kaubilang tempo hari, hidup sesudah mati adalah serupa menempuh perjalanan baru. Maka selamat berjalan sendiri, kembali sendiri...
Semoga selamat sampai di tujuan.

(2011)

Selasa, 24 Mei 2011

Dara Rupawan Usia Belasan Itu

Aku bagaikan mendapat kado kejutan. Dara rupawan usia belasan itu mengirimkan senyuman indahnya untukku. Tak hanya sekali dari kejauhan, ketika ia berdiri di dekatku, ia melirik ke arahku seraya tersenyum lagi! Sayang seribu sayang, kami akhirnya sebentar nian sempat berbincang, padahal ada kesempatan membentang. Sudah jelas aku bersuka cita dan dapat kutatap dirinya bahagia bisa berjumpa denganku.


(2011)

Minggu, 20 Maret 2011

Belum Sempat

: Ags. Arya Dipayana


Belum sempat kuperdengarkan musikalisasi

yang kubuat sekian tahun silam atas puisi-puisi

karyamu, belum sempat kuperlihatkan sejumlah

cerpen yang terinspirasi kisah hidupmu, belum

sempat kuberitahu bahwa sedang kubaca

cerpen-cerpen karyamu jaman dulu, belum sempat

kudengarkan kembali banyak cerita pengalamanmu yang

selalu menarik serta mengandung filosofi, belum

sempat kita berdialog lagi soal kehidupan.


Dan semua sudah terlambat, tak akan mungkin

terjadi, lantaran kau pergi dalam waktu yang

begitu cepat, tanpa banyak pertanda, tanpa kata

pamit, tanpa bakal pernah kembali ke muka bumi.

Mungkin mampu ikhlas melepas kepergianmu,

namun kerinduan akan sosokmu kiranya

tetap mewarnai hari-hari di depan, Om Adji...


(2011)


Mengikuti Jejakmu

: Ags. Arya Dipayana

Adalah doamu mulai terjawab

Jawaban-Nya bukan seperti yang kaumau

Tatkala kautanam ari-ari itu

tak menjadi inginmu

si jabang bayi mengikuti jejakmu

Mengapa begitu ?


Padahal jejak langkahmu megah

kendati bersahaja

tanpa perlu bermewah-mewah


Lagi pula sosokmu adalah anutan

Bijakmu dapat menjadi tempat berpijak

Bestarimu tak pernah segan kaubagi

Keberadaanmu adalah berkah bagi dunia ini


Sejatinya tak menjadi hasrat si pemuda jelmaan sang bayi

untuk menapaki jalan yang pernah kautempuh

Sekiranya sejak awal pun sudah terlampau jauh

Sungguhlah berbeda riwayat hidup yang nyaris tak bertaut


Si pemuda sekadar ingin :

Merasakan cinta kasih sayang

yang kautebarkan pada begitu banyak orang

dan kauterima kembali dari mereka 


Menjadi insan bijak bestari

Menjelmakan karya tanpa henti

yang membuat semangat hidupmu terus menyala,

kendati angin kencang menerpa

tak mudah padam begitu saja


Masihkah salah

jika mengikuti jejakmu ?


(2007)

Kamis, 13 Januari 2011

Empat Tahun Sudah

Tiada lagi seseorang yang selalu penuh perhatian, yang khawatir jika aku tak lekas pulang, yang selalu siap memberikan nasihat maupun saran ketika aku punya persoalan.
Tiada lagi seseorang yang tak pernah jemu mendoakanku, yang tak pernah bosan membangunkan aku dari tidurku setiap pagi, yang juga tak segan memarahiku jika ada hal tak tepat kulakukan.
Tanpa terasa empat tahun sudah Ibunda pergi jauh tak kembali, kecuali sesekali hadir dalam mimpi.

2011