Selebihnya sama dengan episode silam
Sang luka hingga kini masih menganga
Sesekali perih pun mengemuka
Sudah bertambah cara mengusirnya
Masih belum sudi pergi jua dia
Yang penting aku mesti lebih sabar saja
2010
kiranya saat rehat terlampau singkat
mutlak terjaga segera kendati waruga masih penat
sanggup berderap mantap memang tanpa cacat
justru mustaka beta bagai kecantolan benda berat
2010
(Degradasi Tentatif)
Sehabis sekian saat sudah sarat
Karunia, kenikmatan, kebahagiaan, kejayaan
Lantas bukannya kian disyukuri
Hidup yang dijalani
Namun justru menodai hari demi hari
Dengan bercak-bercak dosa, salah, dan alpa
Baik yang disadari maupun tanpa disengaja
Maka terang saja telah terjadi degradasi
Namun keterpurukan dilarang berkepanjangan
Mesti segera bangkit kembali, menanjak lagi
Sehabis sekian saat sudah sarat
Karunia, kenikmatan, kebahagiaan, kejayaan
Lantas jalan menyimpang sesaat
Maka bergegas saja menuju jalan kebenaran
Yang lurus, yang bercahaya, menuju surga
Karena sama sekali entahlah
Bilakah kesempatan untuk bertobat
Selalu hadir kembali setelah bermaksiat
Di masa silam mudah saja sepertinya
Kusuratkan sejumlah kata
Ada yang lazim, sesekali tak biasa
Yang terang mesti bermakna
Lantas, puisi pun menjelma
Di masa kini menjadi sulit kenyataannya
Masih terus kusuratkan banyak kata
Malah wujudnya begitu beraneka
Yang jelas tetap bermakna
Namun, bukanlah puisi namanya
2007
Ternyata terlalu diam pun dapat menjadi
masalah, ketika sikap itu menjadi isyarat
ketidakpedulian sekaligus wujud nyata
ketiadaan penghormatan/penghargaan
kepada orang lain.
Jelaslah itu masalah, kami terbiasa
peduli karena saling menghargai dan menyayangi.
Dia itu antara ada dan tiada, sementara
kami dianggapnya jelas tak ada.
Dan jika dia tetap dengan sikapnya mengasingkan
diri, mungkin lebih baik dia tak perlu lagi
berada di tempat orang-orang yang mengerti indahnya
kebersamaan dan selalu saling peduli ini.
(Mohon maaf kepada Ibu Y, kami sepertinya
belum bisa membalas budi baikmu yang tulus
kepada kami jaman dahulu).
2010